Debat Panas: Pendidikan Indonesia Antara Birokrasi yang Stagnan dan Jiwa Guru yang Terlupakan
Pendidikan di Indonesia kembali menjadi sorotan dalam sebuah diskusi menarik antara Guru Gembul dan Ustaz Adian di channel YouTube CERITA UNTUNGS. Perdebatan ini mengupas tuntas kompleksitas sistem pendidikan nasional, menyoroti tantangan fundamental yang menghambat kemajuan, serta mencari solusi relevan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas.
Kurikulum yang Berubah, Pola Mengajar yang Stagnan
Guru Gembul menyebut pendidikan Indonesia ibarat roller coaster, naik turun tanpa arah yang jelas. Kurikulum sering berganti namun pola mengajar di kelas tetap sama: siswa pasif mendengarkan, guru berbicara di depan papan tulis. Masalah utama, menurutnya, bukan kurikulum, melainkan kualitas guru yang hanya sekitar 20–30% kompeten. Sayangnya, solusi pemerintah justru lebih sering mengganti kurikulum ketimbang memperbaiki nasib dan kompetensi guru.
-
Guru tidak kompeten bisa menjadi PNS karena nepotisme dan ketidakjujuran.
-
Esensi pembelajaran tetap monoton meski kurikulum sudah berkali-kali berganti.
-
Pemerintah seharusnya jujur menyoroti akar masalah pendidikan, bukan sekadar bongkar-pasang kebijakan.
Pendidikan sebagai "Pabrik" dan Filosofi yang Salah Arah
Ustaz Adian menyoroti bahwa apa yang dibahas Guru Gembul lebih tepat disebut "persekolahan", bukan pendidikan sejati. Sistem yang ada dianggap mirip pabrik: menekankan formalitas dan kuantitas, bukan pembentukan manusia seutuhnya. Ia juga menyoroti fakta bahwa mayoritas lulusan perguruan tinggi bekerja di luar bidangnya, bahkan banyak yang menganggur. Baginya, pendidikan seharusnya membentuk akhlak dan kebaikan, bukan semata-mata sarana mencari pekerjaan.
-
80% sarjana Indonesia bekerja tidak sesuai bidang, hanya 7% yang menerapkan ilmunya.
-
Kuliah seharusnya bertujuan mencetak pribadi baik, bukan sekadar mencari makan.
-
Pengetahuan bisa disaingi robot, tapi hikmah atau kebijaksanaan hanya milik manusia.
Tantangan Integritas dan Kredibilitas
Keduanya sepakat bahwa masalah terbesar ada pada integritas. Guru Gembul menyoroti rekrutmen guru yang sarat kecurangan. Ustaz Adian menambahkan data mengejutkan: perguruan tinggi Indonesia menempati posisi kedua terendah di dunia dalam hal kredibilitas akademik, bahkan marak kasus ijazah palsu. Kondisi ini menunjukkan adanya krisis kepercayaan yang serius terhadap dunia pendidikan nasional.
Solusi: Jiwa Guru, Kebijaksanaan, dan Kepercayaan
Meski berbeda pendekatan, keduanya menawarkan solusi yang saling melengkapi:
-
Guru Gembul: Pemerintah perlu mempercayai masyarakat, orang tua, sekolah, dan pesantren. Standar lulusan ditetapkan, sementara prosesnya diserahkan kepada mereka.
-
Ustaz Adian: Kunci perbaikan ada pada jiwa guru yang ikhlas. Gaji bukan solusi utama, melainkan keberkahan dan dedikasi.
-
Pendidikan seharusnya menanamkan akhlakul karimah karena akhlak tidak bisa dibeli.
Kesimpulan
Diskusi panas ini menggarisbawahi bahwa reformasi pendidikan Indonesia tidak bisa hanya fokus pada kurikulum atau fasilitas. Yang lebih penting adalah memperbaiki integritas, filosofi pendidikan, dan menghidupkan kembali jiwa guru. Dengan memupuk nilai-nilai kebijaksanaan dan akhlakul karimah, Indonesia dapat berharap membangun sistem pendidikan yang kuat, relevan, dan bermartabat di masa depan.



